Selasa, 16 Desember 2014

PENENTUAN KADAR ASAM LEMAK PADA MINYAK KELAPA SAWIT


A. PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia.selain itu lemak dan minyak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif dibanding dengan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkal/gram.Minyak atau lemak khususnya minyak nabati mengandung asam lemak essensial seperti asam linoleat, lenolena, dan arakidonat yang dapat mencegah peyempitan pembuluh darah akibat penumpukan kolestrol. Minyak dan lemak juga berfungsi sebagai sumber dan pelarut bagi vitamin-vitamin A,D,E dan K.
Hampir semua bahan pangan banyak mengandung lemak dan minyak, terutama bahan yang berasal dari hewan.Lemak dalam jaringan hewan terdapat pada jaringan adipose. Dalam tanaman lemak disintesis dari satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak yang terbentuk dari kelanjutan oksidasi karbohidrat dalam proses respirasi. Proses pembentukan lemak dalam tanaman dapat di bagi menjadi tiga tahap, yaitu pembentukan glisrol, pembentukan molekul asam lemak, kemudian kondensasi asam lemak dengan gliserol membentuk lemak.
Pembuatan sabun merupakan penguraian hidrolisis dari estermenjadi asam karboksilat dan alkonal yang berlangsung dengan caramereaksikan asam lemak bebas (limbah minyak kelapa sawit) dengan alkali yang menghasilkan gliserol atau air dan garam karboksil.
Sabun merupakan salah satu produk industri kimia yang sudahlama dikenal.Sabun banyak digunakan karena kemampuannyamengemulsikan kotoran berminyak sehingga dapat dibuang denganpembilasan.
Kemudian ini disebabkan oleh dua sifat sabun.Pertama, rantaihidrokasban sebuah molekul sabun larut dalam zat non-polar, sepertitetesan-tetesan minyak. Kedua, ujung aman molekul sabun, yang tertarikpada air, ditolak oleh ujung aman molekul-molekul sabun yang menyembuldari tetesan minyak lain. Karena tolak menolak antara tetes-tetes sabunminyak,maka minyak itu tidak dapat saling bergabung, tetapi tetaptersuspensi.
Melihat banyaknya limbah minyak kelapa sawit maka penulis mengadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kadar asam lemak dan pemanfaatannya untuk meningkatkan kualitas ekonomi masyarakat di sekitar lingkungan Sumatera Utara.

2. RUMUSAN MASALAH
Berapa kadar asam lemak dalam minyak kelapa sawit di daerah Sumatera Utara, Nanggro Aceh Darusalam ?










B. METODE PENELITIAN
1. Dasar teori
Pembuatan sabun adalah proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak dengan alkali yangmenghasilkan gliseral atau air dan garam karbokal (sejenis sabun). Sabunadalah salah satu bahan yang dapat digunakan untuk mencuci, baikpakaian mupun alat-alat lain. Selain itu sabun juga dapat diartikan sebagaigaram logam alkali (biasanya garang natrium) dari asam-asam lemak.Sabun mengandung terutama garam C16 dan C18, namun dapat jugamengandung beberapa karbosilat dengan bobot atom lebih rendah.

Adapun sifat-sifat sabun adalah sebagai berikut :
1. Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secarakeseluruhan tidaklah benar-benar larut dalam air.
2. Dapat terhidrolisa dalam air membentuk basa asam karboksilat. Hal inidikarenakan sabun tersusun oleh busa kuat dan asam lemah.
3. Dapat beraksi dengan asam mineral membentuk asam lemak dan garamorganik.
4. Jika suatu larutan sabun dalam air dikocok dengan udara maka akanmembuih. Peristiwa ini tidak terjadi dengan air sodah. Dalam hal inisabun baru dapat membuih setelah garam Mg dan ca dalam air itumengendap semuanya.
2C17 H35 COONa Na2 SO4+ Ca (C17 H35 COO)2




Pada zaman sekarang, sabun dibuat dari lelehan minyak sapi ataulemak lain yang dipanaskan dengan Nooh dan karenanya terhidrolisamenjadi gliserol dan garam Na dari asam lemak dan reaksinya :
CH2O2C(CH2)16 CH3 CH2OH
| |
CHO2C(CH2)16 CH3+ 3 NaOH CHOH + 3CH3(CH2)16 +
CO2Na
| |
CH2O2C(CH2)16 CH3 CH2OH
Tristearin Gliserol


Reaksi-Reaksi Pada Lemak
1. Reaksi dengan air
R COOR’(lemak) + H2O(air) R’OH (alkohol) + RCOOH(asam lemak).
2. Reaksi dengan alkali
RCOOH’ + NOOH R’OH + RCOONa
Lemak Alkali Alkohol garam Karboksilat
3. Reaksi dengan Anomia
RCOOR’ + NH3 R’OH + RCONH2
Lemak Amaria Alkohol garam Amaria


Dalam pemeriksaan ini menggunakan metode alkalimetri. Alkalimeri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa.alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral
2. CARA KERJA
1. Tahap Persiapan.
a) Peralatan disusun sesuai dengan sketsa gambar dan mengecekkondisi peralatan.
b) Peralatan dipersiapkan untuk analisa asam lemak.
c) Zat untuk penelitian dan analisa disiapkan.
d) Penelitian netralisasi dilakukan sesuai dengan instruksi pembimbing.
e) Analisa hasil perhitungan

2. Standarisasi NaOH 0,2 N
a. Asam Oksalat ditimbang kemudian dilarutan dalam 100 mlaquadest.
b. NaOH ditimbang kemudian dilarutkan dengan 200 ml aquadest.
c. Asam Oksalat 0,2 N dipipet sebanyak 25 ml dan dimasukkankedalam erlemeyer.
d. Ditambahkan indikaot PP 2 tetes
e. Kemudian dititrasi dengan NaOH (larutan standart sekunder) danlarutannya asam oksalat sebagai larutan standard primer.
f. Titrasi dihentikan setelah terjadi (terbentuk) warna merah muda,kemudian dicatat voluem NaOH terpakai.

3. Prosedur Kadar Asam Lemak
a. Limbah minyak kelapa sawit ditimbang sebanyak 10 gr.
b. Dimasukkan dalam labu takar 50 ml, ditambah etanol 96% sampaitepat menjadi 50 ml dan diaduk sampai merata (homogen).
c. Kemudian dari 50 ml larutan tersebut diambil 10 ml dandimasukkan kedalam labu ertemeyer dan ditambah indikator PP 2tetes dan diaduk sampai homogen.
d. Larutan tersebut dititrasi dengan larutan NaOH 0,19 N dan titrasidihentikan pada saat awal terjadinya perubahan warna sampaimerah muda.
e. Dititrasi secara duplo.
4. Netralisasi
a. Limbah minyak kelapa sawit ditimbang sebanyak 250 gr dandimasukkan kedalam reaktor, diaduk larutan pada kecepatan 200rpm dan dipanaskan larutan sampai suhu 80°c.
b. Selama pemanasan disiapkan larutan NaOH pada buret dan setelahtercapai kondisi 80°c, NaOH dialirkan dengan kecepatan 15ml/menit.
c. Selama proses netralisasi, diambil sampel 5 ml setiap selang waktu15 menit.
d. Larutan sampel yang diambil dan dilarutkan dengan etanol sebanyak25 ml, kemudian diaduk sampai homogen.
e. Dari larutan sampel tersebut diambil 10 ml dan dimasukkan kedalam erlemeyer, lalu ditambah 2 tetes indikator pp, diaduk sampaihomogen.
f. Dititris dengan larutan standard (NaOH) 0,19 N, titrasi dihentikanpada saat terjadi awal perubahan warna merah jambu.
g. Titrasi dilakukan secara duplo.
h. Titrasi dihentikan sampai kadar asam lemak bebas yang dianalisakaristan.










C.KESIMPULAN
1.hal-hal yang perlu diperhatikan
 Kecepatan reaksi dapat dipengaruhi oleh :
1. Temperatur
Semakin tinggi temperatur maka energi kinetik molekul-molekul zatyang bereaksi bertambah. Molekul-molekul dengan energi kinetik yangditingkatkan ini saling bertumbuhkan akan menghasilkan energi tumbukanyang cukup untuk memutuskan ikatan antara atom-atom molekul tersebut.

2. Katalisator
Katalisator akan berfungsi untuk mempercepat reaksi, sedangkankatalisator itu sendiri tidak ikut bereaksi. Katalisator akan berperan untuk menurunkan energi aktivasi suatu reaksi dengan jalan membentuk tehaptahapreaksi yang baru. Dengan memutuskan energi aktivasi makatumbukan-tumbukan yang lemah dapat memutuskan ikatan-ikatan atomdalam molekul tersebut sehingga reaksi dapat berlangsung dengan cepat.

3. Waktu Reaksi
Sifat-sifat dari asam lemak yang terdapat dalam minyak kelapa sawit.

2. Manfaat bagi masyarakat
1. limbah minyak kelapa sawit bisa di manfaatkan menjadi sabun.
2. Mengurangi sampah akibat limbah minyak kelapa sawit.

Lampiran

ABSTRAK

Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan sabun dari asam lemak bebas (free fatty acid) yang diperoleh dari produk samping pengolahan minyak sawit yang direaksikan dengan alkali (NaOH) dalam suatu bejana.
Tujuan dari penelitian pembuatan sabun dari limbah sawitdiharapkan dengan menggunakan teknologi tepat guna di dapatkan hasil yang optimum dan dapat bermanfaat bagi masyarakat terutama di Indonesia.
Adapun bahan-bahan yang dipakai pada penelitian ini adalah hasil limbah minyak kelapa sawit sebanyak 10 gr dan 250 gr, NaOH 0,1 N, etanol 96%, Phenol ptalein, dan asam oksalat 0,2 N. Untuk standarisasi NaOH dan alat-alat yang digunakan adalah reaktor, striker, buret, termometer, pemanas, statis fan dan lain-lain.
Tata kerja proses pembuatan sabun adalah terlebih dahulu disusunperalatan sesuai dengan sketsa gambar. Kemudian dianalisa kadar NaOH 0,1 N dengan asam oksalat 0,2 N. NaOH ditimbang dan dilarutkan dengan aquadat 200 ml asam oksalat ditimbang dengan aquadest hingga 100 ml, asam oksalat diambil 25 ml lalu ditambah indicator PP 2 tetes kemudian dititrasi dengan larutan NaOH, titrasi dihentikan setelah terbentuk warna merah muda. Setelah NaOH distandarisasi dengan asam oksalat baru dilakukan analisa kadar asam lemak bebas yaitu 10 gr limbah minyak kelapa sawit ditimbang dan dilarutkan dalam alkohol (etanol) 96% dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml dan diambil 10 ml untuk dititrasi dengan NaOH yang telah distandarisasi.
Tahap akhir adalah proses netralisasi dimana 250 gr limbah minyakkelapa sawit dimasukkan ke reaktor dan diaduk dengan stiser dengan kecepatan 200 rpm pada suhu operasi 80°C. NaOH dialirkan dengan kecepatan 15 ml/menit.Sampel diambil selang waktu 15 menit untuk dilakukan analisa sampel tersebut diambil 10 ml lalu dihitung volume ratarata NaOH yang digunakan.
Hasil yang diperoleh dari grafik log ct – vs – log r diperoleh slope - 0,406 dengan nilai error = 0,349.


ANALISA PROTEIN


ANALISA PROTEIN  
1.      Pengertian Protein
Protein merupakan kelompok dari makromolekul organik kompleks yang diantaranya terkandung hidrogen, okisgen, nitrogen, karbon, fosfor dan sulfur serta terdiri dari satu atau beberapa rantai dari asam amino.
Pengertian protein dalam ilmu gizi adalah suatu kelompok makronutrisi berupa senyawa asam amino yang berfungsi sebagai zat pembangun dan pendorong metabolisme dalam tubuh. Zat ini tidak dapat dihasilkan sendiri oleh manusia kecuali lewat makanan seperti halnya makanan yang mengandung protein. Fungsi protein akan di jelaskan pada bagian bawah artikel.
Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain diantaranya polinukleotida, polisakarida, lipid, dan yang merupakan penyusun utama dalam perkembangan makhluk hidup. Protein juga merupakan salah satu molekul yang paling banyak diteliti dalam biokimia. Protein ditemukan pertama kali oleh Jöns Jakob Berzelius pada tahun 1838.
2.      Fungsi Protein
Fungsi protein. Protein selain berfungsi sebagai zat pembangun dalam tubuh, protein juga berfungsi sebagai penyokong berbagai aktifitas organ tubuh dan metabolisme. Fungsi protein bagi tubuh banyak sekali, berikut adalah beberapa fungsi protein :
  1. Setiap gram dalam protein dapat menghasilkan 4,1 kalori, yang cocok sebagai sumber energi.
  2. Mengatur metabolisme tubuh.
  3. Protein dapat sebagai asupan energi utama untuk yang sedang diet rendah gula.
  4. Menjaga keseimbangan antara asam basa dan keseimbangan cairan dalam tubuh. Protein berperan penting dalam menjaga stabilitas pH cairan tubuh.
  5. Protein merupakan bahan dalam sintesis substansi seperti halnya hormon, zat antibodi,dan organel sel lainnya
  6. Protein membantu proses pertumbuhan pada anak-anak dan remaja karena sel-sel tubuh mendapat cukup asupan zat pembangun.
  7. Membantu kerja tubuh dalam menetralkan atau menghancurkan zat-zat asing yang masuk ke dalam tubuh.
3.      Analisis Protein
3.1  Metode Kjeldahl
Analisis protein dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode kuantitatif dan kualitatif. Kadar protein yang ditentukan berdasarkan cara Kjeldahl  disebut sebagai kadar protein kasar (crude protein) karena terikut senyawaan N bukan protein. Prinsip kerja dari metode Kjeldahl adalah protein dan komponen organic dalam sampel didestruksi dengan menggunakan asam sulfat dan katalis. Hasil destruksi dinetralkan dengan menggunakan larutan alkali dan melalui destilasi. Destilat ditampung dalam larutan asam borat. Selanjutnya ion- ion borat yang terbentuk dititrasi dengan menggunakan larutan HCl.     
Metode Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel didestruksi dengan asam sulfat dan dikatalisis dengan katalisator yang sesuai sehingga akan menghasilkan amonium sulfat. Setelah pembebasan dengan alkali kuat, amonia yang terbentuk disuling uap secara kuantitatif ke dalam larutan penyerap dan ditetapkan secara titrasi. Metode ini telah banyak mengalami modifikasi. Metode ini cocok digunakan secara semimikro, sebab hanya memerlukan jumlah sampel dan pereaksi yang sedikit dan waktu analisa yang pendek. Cara Kjeldahl digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam bahan makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan cara ini adalah kadar nitrogennya. Dengan mengalikan hasil analisis tersebut dengan angka konversi 6,25, diperoleh nilai protein dalam bahan makanan itu. Untuk beras, kedelai, dan gandum angka konversi berturut-turut sebagai berikut: 5,95, 5,71, dan 5,83. Angka 6,25 berasal dari angka konversi serum albumin yang biasanya mengandung 16% nitrogen. Prinsip cara analisis Kjeldahl adalah sebagai berikut: mula-mula bahan didestruksi dengan asam sulfat pekat menggunakan katalis selenium oksiklorida atau butiran Zn. Amonia yang terjadi ditampung dan dititrasi dengan bantuan indikator. Cara Kjeldahl pada umumnya dapat dibedakan atas dua cara, yaitu cara makro dan semimakro. Cara makro Kjeldahl digunakan untuk contoh yang sukar dihomogenisasi dan besar contoh 1-3 g, sedang semimikro Kjeldahl dirancang untuk contoh ukuran kecil yaitu kurang dari 300 mg dari bahan yang homogen. Cara analisis tersebut akan berhasil baik dengan asumsi nitrogen dalam bentuk ikatan N-N dan N-O dalam sampel tidak terdapat dalam jumlah yang besar. Kekurangan cara analisis ini ialah bahwa purina, pirimidina, vitamin-vitamin, asam amino besar, kreatina, dan kreatinina ikut teranalisis dan terukur sebagai nitrogen protein. Walaupun demikian, cara ini kini masih digunakan dan dianggap cukup teliti untuk pengukuran kadar protein dalam bahan makanan. Analisa protein cara Kjeldahl pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu proses destruksi, proses destilasi dan tahap titrasi.
3.2  Metode Lowry
Ada beberapa metode yang biasa digunakan dalam rangka penentuan konsentrasi preotein, yaitu metode Biuret, Lowry, dan lain sebagainya.  Masing-masing metode mempunyai kekurangan dan kelebihan.  Pemilihan metode yang terbaik dan tepat untuk suatu pengukuran bergantung pada beberapa faktor seperti misalnya, banyaknya material atau sampel yang tersedia, waktu yang tersedia untuk melakukan pengukuran, alat spektrofotometri yang tersedia (VIS atau UV).
Reagen pendeteksi gugus-gugus fenolik seperti reagen folin dan ciocalteu telah digunakan dalam penentuan konsentrasi protein oleh Lowry (1951) yang kemudian dikenal dengan metode Lowry. Dalam bentuk yang paling sederhana reagen folin ciocalteu apat mendeteksi residu tirosin (dalam protein) karena kandungan fenolik dalam residu tersebut mampu mereduksi fosfotungsat dan fosfomolibdat, yang merupakan konstituen utama reagen folin ciocalteu, menjadi tungsten dan molibdenum yang berwarna biru.  Hasil reduksi ini menunjukkan puncak absorbsi yang lebar pada daerah merah. Sensitifitas dari metode folin ciocalteu ini mengalami perbaikan yang cukup signifikan apabila digabung dengan ion-ion Cu.
Larutan Lowry ada dua macam yaitu larutan A yang terdiri dari fosfotungstat-fosfomolibdad (1:1) dan larutan Lowry B yang terdiri dari Na-carbonat 2% dalam NaOH 0,1 N, kupri sulfat dan Na-K-tartat 2%.  Cara penentuannya seperti berikut: 1 ml larutan protein ditambah 5 ml Lowry B, digojong dan dibiarkan selama 10 menit.  Kemudian ditambah 0,5 ml Lowry A digojong dan dibiarkan 20 menit.  Selanjutnya diamati OD-nya.
Dalam metode ini terlibat 2 reaksi.  Awalnya, kompleks Cu(II)-protein akan terbentuk sebagaimana metode biuret, yang dalam suasana alkalis Cu(II) akan tereduksi menjadi Cu(I). Ion Cu+ kemudian akan mereduksi reagen Folin-Ciocalteu, kompleks phosphomolibdat phosphotungstat (phosphomolybdotungstate), menghasilkan heteropoly molybdenum blue akibat reaksi oksidasi gugus aromatik (rantai samping asam amino) terkatalis Cu, yang memberikan warna biru intensif yang dapat dideteksi secara kolorimetri.
Metode Lowry mengkombinasikan pereaksi biuret dengan pereaksi lain (Folin-Ciocalteauphenol) yang bereaksi dengan residu tyrosine dan tryptophan dalam protein. Reaksi ini menghasilkan warna kebiruan yang bisa dibaca di antara 500 – 750 nm, tergantung sensitivitas yang dibutuhkan.  Akan muncul puncak kecil di sekitar 500 nm yang dapat digunakan untuk menentukan protein dengan konsentrasi tinggi dan sebuah puncak besar disekitar 750 nm yang dapat digunakan untuk menentukan kadar protein dengan konsentrasi rendah.
Berawal dari pemanfaatan alat spektrofotometer yaitu untuk mengukur jumlah penyerapan zat suatu senyawa.  Penyerapan cahaya pada senyawa larutan tersebut, dalam spektrofotometri dapat digunakan sebagai dasar atau pedoman dalam penentuan konsentrasi larutan atau senyawa secara kuantitatif.  Dalam pratikum ini penggunaan KMnO4 bertujuan untuk memudahkan dalam pengenalan dan latihan awal spektrofotometri.  Kekuatan warna biru terutama bergantung pada kandungan residu tryptophan dan tyrosine-nya.  Keuntungan metode Lowry adalah lebih sensitif (100 kali) daripada metode Biuret
Beberapa zat yang bisa mengganggu penetapan kadar protein dengan metode Lowry ini, diantaranya buffer, asam nuklet, gula atau karbohidrat, deterjen, gliserol, Tricine, EDTA, Tris, senyawa-senyawa kalium, sulfhidril, disulfida, fenolat, asam urat, guanin, xanthine, magnesium, dan kalsium. Interferensi agen-agen ini dapat diminimalkan dengan menghilangkan interferens tersebut. Sangat dianjurkan untuk menggunakan blanko untuk mengkoreksi absorbansi. Interferensi yang disebabkan oleh deterjen, sukrosa dan EDTA dapat dieliminasi dengan penambahan SDS atau melakukan preparasi sampel dengan pengendapan protein.

analis Fe (Besi)


 

Penetapan Kadar Fe (Besi) pada Sampel dengan Gravimetri

PENETAPAN FE DENGAN GRAVIMETRI


                Gravimetri adalah metode analisis kuantitatif unusr atau senyawa berdasarkan bobotnya yang diawali dengan pengendapan dan diikuti dengan pemisahan dan pemanasan endapan dan diakhiri dengan penimbangan. Untuk memperoleh keberhasilan pada analisis secara gravimetri, maka harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : unsur atau senyawa yang ditentukan harus terendapkan secara sempurna, bentuk endapan yang ditimbang harus diketahui dengan pasti rumus molekulnya dan endapan yang diperoleh harus murni dan mudah ditimbang (Khopkar, 2003: 25).

              Analisis gravimetri, atau analisis kuantitatif berdasarkan bobot adalah proses isolasi serta penimbangan suatu unsur atau suatu senyawaan tertentu dari unsur tersebut, dalam bentuk semurni mungkin. Unsur atau senyawa itu dipisahkan dari suatu porsi zat yang sedangan diselidiki, yang telah ditimbang. Sebagian besar penetapan-penentapan pada analisis gravimetri menyangkut pengubahan unsur atau radikal yang akan ditetapkan menjadi senyawa yang murni dan stabil, yag dapat dengan mudah diubah menjadi satu bentuk yang sesuai untuk ditimbang. Lalu bobot unsur atau radikal itu dengan mudah dapat dihitung dari pengetahuan kita tetntang rumus senyawanya serta bobot atom unsur-unsur penyusunnya (Basset, 1994: 472).
             Kopresipitasi karena adsorpsi ion-ion asing selama proses pengendapan dapat menyebabkan galat yang serius. Namun dengan menggunakan beberapa prosedur, dapatlah kopresipitasi itu dijaga agar minimum. Umumnya pengendapan dilakukan terhadap larutan asam sehingga pertikel koloid akan bermuatan positif dan kation-kation akan kurang kuat teradsorpsi. Karena oksida itu dapat larut dengan mudah dalam asam, pengendapan-ulang dimanfaatkan untuk membersihkan endapan dari pengotoran yang teradsorpsi. Besi (III) oksida, Fe2O3, cukup mudah tereduksi baik menjadi Fe3O4 atau Fe oleh karbon dari kertas filter. Endapan yang telah dipanggang dapat diolah dengan asam nitrat pekat dan dipanggang-ulang membentuk kembali Fe2O3 (Underwood, 1986: 100).
Untuk mengetahui kandungan Fe dalam garam dengan mengoksidasi Fe(II) dengan HNO3 menjadi Fe (III) stabil. Membentuk Fe(OH)3 dipanaskan dan membentuk Fe2O3 yang berwarna hitam kecoklatan.

                 Besi adalah logam yang berasal dari bijih besi (tambang) yang banyak digunakandalam kehidupan sehari-haro manusia mulai dari yang bermanfaat sampai dengan yang merusak. Dalam tabel periodik, besi mempunyai simbol Fe dan nomor atom 26.
           
Tahap analisis grabimetri meliputi beberapa hal sebagai berikut :
  • Pelarutan sampel ( untuk sampel padat )
  • Pembentukan endapan dengan pereaksi pengendap secara berlebihan agar semua unsur mengendap. Pengendapan dilakukan pada suhu tertentu dan pH tertentu yang merupakan komdisi yang optimal. Pembakaran pada suhu tinggi menjadi Fe2O3. Caranya dipakai pada metode batu karang yang besinya dipisahkan dari unsur-unsur kalsium dan magnesium. Besi biasanya dilarukan dalam asam klorida, asam nitrat atau brom dipakai untuk oksidasi besi menjadi Fe 3+. Endapannya dicuci. Penyaringan dilakukan dengan menggunakan kertas saring. Kertas dan endapan dibakar pada suhu tinggi untuk menghilangkan kadar air. 
               Proses haber menggabungkan hidrogen dan nitrogen ke dalam amonia. Nitrogen berasal dari udara dan hidrogen sebagian besar dari gas amal ( metan ).
                       N2         +        3H2     ------>       2NH
Besi diguakan sebagai katalis. Ion besi sebagai katalis pada reaksi ion persulfat dan ion iodida. Besi merupakan sebuah contoh yang baik dalam hal penggunaan senyawa logam transisi. Sebagai katalis karena kemampuan senyawa logam transisi tersebut untuk mengubah tingkat oksidasi. Ion-ion yang paling sederhana dalam larutan adalah :
- [Fe(H2O)6]2+
- [Fe(H2O)6]3+
Kedua-keduanya bersifat asam, tetapi besi ( III ) lebih kuat asamnya. Ion hidroksida ( katakanlah dari larutan natrium hidroksida ) dapat menghilangkan ion hirogen dari ligan air dan kemudian melekat pada ion besi. Setelah ion hidrogen dihilangkan, akan diperoleh kompleks netral. Kompleks netral ini tidak larut dalam air dan terbentuk endapan. 
                Besi sangat mudah dioksidasi pada kondisi yang bersifat basa. Oksigen di udara mengoksidasi endapan besi ( II ) hidroksida menjadi besi ( III ) hidroksida. Warna endapan yang menjadi gelap berasal dari efek yang sama. Amoinia dapat berperan sebagai basa atau ligan. Pada kasus ini, amonia berperan sebagai basa, menghilangkan ion hodrogen. Kejadian yang sama terjadi ketika menambahkan larutan natrium hidroksida. Natrium kembali berubah warna yang menunjukkan kompleks Fe ( II ) hidroksida teroksidasi oleh udara menjadi Fe(III) hidroksida. Jika kamu menambahkan larutan natrium karbonat ke larutan yang mengandung heksaaquobesi (III), dengan pasti akan diperoleh endapan seperti jika ditambahkan larutan natrium hidroksida atau amonium hidroksida. Saat ini, ion karbonatyang menghilangkan ion hidrogen dari ion heksaaquo dan menghasilkan kompleks netral.
           Unsur hara besi (Fe) diserap dalam bentuk kation (Fe)2+ dengan ciri serupa pengangkutan kation lain. Kesepakatan Fe dalam larutan untuk memungkinkan pasokan Fe tetap terjaga adalah 0,02 ppm Fe. Serapan Fe meningkat dengan meningkatnya kepekatan dalam larutan, dan laju penyerapan ini mencapai maksimal jika mekanisme menjadi jenuh.
.

           Besi dari larutan garam besi II, dapat diendapkan sebagai garam besi II hidroksida, akan tetapi basa ini tidak mantap dan mudah teroksidasi menjadi besi III hidroksida, sehingga bila dipijarkan tidak murni sebagai pengoksidasi dapat digunakan asam nitrat, hydrogen peroksida atau air brom. pH pengendapan tidak boleh terlalu tinggi untuk menghindari pengendapan hidroksida yang lain. Untuk itu ditambahkan larutan amonium klorida sebagai buffer. Pengendapan dilakukan pada suhu 70-80 C.

III. ALAT DAN BAHAN
  • ALAT
Pemanas listrik
Gelas kimia 200 ml
Krus porselin
Spatula
Pipet vulum
Neraca analitik
Bunsen
Pipet tetes
Corong
Kertas Saring
Desikator
  • Bahan
Contoh Sampel
Aquades
HCl (1:1)
HNO3 pekat
NH3 (1:1)
Ammonium nitrat 1%

IV. CARA  KERJA
0,8  gramGaram Sampel
dimasukkan kedalam gelas kimia
+ 50 ml aguades
+10 ml HCl (1:1)
1-2 ml HNO3 pekat
Δ (hingga bewarna kuning)
Hasil 1
Diencerkan hingga 100 ml
Δ (sampai mendidih)
Hasil 2
Ditambahkan ammonia (1:1) hingga berlebih
Δ (hingga terbentuk endapan)
Endapan Disaring
Dicuci dengan ammonium nitrat 1% panas
Hasil
Dimasukkan kedalam krus porselin
Dipijarkan dalam tanur ±2 jam
Hasil
Ditimbang
Hasil
HASIL PENGAMATAN
Penambahan Hasil pengamatan
0,8 gram feri amonium sulfat
50 ml aquades
+10 ml HCl (1:1)
HNO3 pekat
Δ
Diencerkan hingga 100 ml
Δ sampai mendidih
+ amonia
Δ hingga terbentuk endapan Saat feri amonium sulfat ditambahkan atau dilarutkan dengan aquades warna larutan menjadi bening agak kekuningan saat penambahan HCl warnanya berubah menjadi menjadi bening, setelah ditambahkan dengan HNO3 warnanya kembali kewarna awal yakni bening kekuningan.
Setelah dipanaskan warna larutan berubah menjadi lebih pekat dari pada sebelumnya, dipanaskan sampai benar – benar bewarna kuning
Warna larutan menjadi kuning kehijauan. Dan semakin dipanaskan warnanya semakin menguning. Penambahan amonia dilakukan terus menerus sambil dipanaskan tetapi tidak ada endapan yang bisa terbentuk. Sehingga percobaan di ulangi sebanyak 3x dan memperoleh hasil yang sama sehingga percobaaan tidak dilanjutkan.

bahaya formalin dalam kesehatan

 

BAHAYA FORMALIN UNTUK KESEHATAN

BAHAYA FORMALIN UNTUK  KESEHATAN
         SK Menkes RI No. 722 tahun 1988 tentang Bahan Tambahan Makanan, yang dimaksud pengawet adalah bahan tambaha makanan yang mencegah atau menghambat pengasaman atau peruraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh          mikroorganisma.
         Pada saat ini masih banyak ditemukan penggunaan bahan tambahan makanan (BTM) yang dilarang untuk digunakan dalam makanan dan berbahaya bagi kesehatan misalnya : formalin,  boraks dll.
         9 bahan tambahan  yang dilarang digunakan dalam makanan (Asam borak, asam salisilat, dietilpirokarbonat, dulsin,kalium klorat kloramfenikolminyak nabati yang dubrominasi dan formalin).
Formalin banyak disalahgunakan untuk mengawetkan makanan seperti tahu, mie basah, ikan dan lain-lain
         Penyalahgunaan formalin dalam beberapa jenis makanan bukan suatu hal  yang baru.
         Sulitnya membedakan produk makanan yang mengandung formalin.
         Ketidaktahuan bahaya yang ditimbulkan akibat mengkonsumsi makanan mengandung formalin
         Sikap masyarakat yang kurang peduli terhadap bahan berbahaya ini.
         Kurang sosialisasi kepada masyarakat
         Kurangnya pengawasan yang intensif oleh instansi terkait.
         Formalin adalah nama dagang dari formaldehida
        ( HCHO )
         Dipasarkan dalam bentuk cair dan tablet.
         Biasanya formalin mengandung 30 - 40 % formaldehid dalam pelarut air dan mengandung 10 % metanol.
         Sehari-hari formalin digunakan untuk mengawetkan serangga, hewan kecil, organ manusia (hasil biopsi) bahkan untuk pengawet mayat.
         Pada kosmetika bisa digunakan sebagai deodoran dan anti hidrolitik (menghambat keringat)
         Digunakan dalam industri plastik, anti busa, bahan konstruksi, kertas, karpet, tekstil, cat dan mebel.
         Secara efektif digunakan untuk membunuh berbagai macam parasit dan bakteri yang menempel pada ikan hias.
         Pada peternakan kadang-kadang formalin yang diencerkan digunakan sebagai desinfektan. Larutan formalin  dengan pengenceran konsentrasi 1/100 sampai 1/10000
BAHAYA FORMALIN BAGI KESEHATAN
         Formalin di udara berbau tajam menyesakkan, merangsang hidung, tenggorokan dan mata
         Dampak buruk bagi kesehatan pada seseorang yang terpapar dengan formalin dapat terjadi akibat paparan akut atau paparan yang berlangsung kronik
         Formalin sangat berbahaya bagi kesehatan, bagi tubuh manusia diketahui sebagai zat beracun, karsinogen ( menyebabkan kanker ), mutagen yang menyebabkan perubahan sel dan jaringan tubuh, korosif dan iritatif
         Orang yang mengonsumsinya (akut) akan muntah, diare bercampur darah, kencing bercampur darah, dan kematian yang disebabkan adanya kegagalan peredaran darah.
         Uap dari formalin sendiri sangat berbahaya jika terhirup oleh saluran pernapasan dan juga sangat berbahaya dan iritatif jika tertelan oleh manusia.
         Jika sampai tertelan, orang tersebut harus segera diminumkan air banyak-banyak dan diminta memuntahkan isi lambung.
          Gangguan pada persarafan berupa susah tidur, sensitif, mudah lupa, sulit berkonsentrasi.
         Pada wanita akan menyebabkan gangguan menstruasi dan infertilitas. Penggunaan formalin jangka panjang dapat menyebabkan kanker mulut dan tenggorokan. Pada penelitian binatang menyebabkan kanker kulit dan kanker paru.
         Formalin disamping masuk melalui alat pencernaan dan pernafasan, juga dapat diserap oleh kulit.
         Formalin juga termasuk zat neurotoksik, karena bersifat racun dan  dapat merusak syaraf tubuh manusia dalam dosis tertentu.
         informasi menurut sistem keamanan pangan terpadu menyebutkan bahwa jika formalin terminum minimal 30 ml (sekitar 2 sendok makan) dapat menyebabkan kematian.

bahaya pewarna makanan


analisis pewarna sintetis pada bahan makanan (pengawasan mutu pangan)



2.1  Pengertian Minuman Ringan
Minuman ringan termasuk dalam kategori pangan. Adapun pengertian panagn menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004 pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku tambahan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan pengolahan dan pembuatan makanan dan minuman.
Minuman ringan adalah minuman yang tidak mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung bahan makanan baik alami maupun sintetis yang dikemas dalam kemasan yang siap untuk dikonsumsi. Minuman ringan diperoleh tanpa melalui proses fermentasi dengan atau tanpa pengenceran sebelum diminum tetapi tidak termasuk air, sari buah,susu,teh,kopi,cokelat dan minuman beralkohol.
Minuman ringan terdiri dari dua jenis yaitu : minuman ringan dengan karbonasi dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan dengan karbonasi adalah minuman yang dibuat dengan mengabsorpsi karbondioksida ke dalam air minum, sedangkan minuman ringan tanpa karbonasi adalah minuman selain minuman ringan dengan karbonasi. Fungsi minuman ringan yaitu sebagai minuman untuk melepas dahaga sedangkan dari segi harga, ternyata minuman ringan berkarbonasi relatif lebih mahal dibandingkan minuman non karbonasi. Hal ini disebabkan karena teknologi yang digunakan dalam proses kemasan lebih khas.
Industri minuman awalnya menghasilkan produk minuman penghilang rasa haus kemudian berkembang dan muncul berbagai konsep dan inovasi baru tentang minuman. Konsep awal minuman dimodifikasi bukan hanya sebagai penghilang rasa haus namun juga menawarkan fitur lainnya seperti penambah rasa dan warna, penambah kandungan minuman seperti vitamin, mineral dan sebagainya.
Minuman ringan memiliki komposisi dasar yaitu air sebanyak 90% dan selebihnya merupakan bahan tambahan seperti zat pewarna, zat pemanis, gas CO2 dan zat pengawet. Adapun rincian minuman ringan berkarbonasi secara umum dpaat diuraikan sebgai berikut:
a)      Air berkarbonasi merupakan kandungan terbesar didalam carbonated soft drink. Air yang digunakan harus mempunyai kualitas tinggi yaitu jernih, tidak berbau, tidak berwarna, bebas dari organisme yang hidup didalam air, alkalinitasnya kurang dari 50 ppm, total padatan terlarut kurnag dari 500 ppm dan kandungan logam besi dan mangan kurang dari 0,1 ppm. Sederet prose dilakuka untuk mendapatkan kualitas air yang diinginkan, anatara lain klorinasi, penambahan kapur, koagulasi, sedimentasi, filtrasi pasir, penyaringan dengan karbonaktif dan demineralisasi dengan ion exchanger. Karbondioksida yang digunakan juga harus murni dan tidak berbau. Air berkarbonasi harus dibuat denngan cara melewatkan es kering (dry ice) ke dalam air es.
b)      Bahan pemanis yang digunakan dalam minuman ringan terbagi menjadi dua kategori yaitu:
1.      Bahan pemanis natural (nutritive) yang terdiri dari gula pasir, gula cair, gula invert cair, sirup jagung dengna kadar fruktosa tinggi dan dekstrosa.
2.      Bahan pemanis sintetik (non nutritive) satu-satuna bahan pemanis sintetik yang direkomendasikan oleh FDA (Food And Drugs Administration Standard, Amerika Serikat) adalah sakarin.
c)      Zat asam (acidulants) biasanya dalam minuman ringan berkarbonasi dengan tujuan untuk memberikan rasa asam, memodifikasi manisnya gula dalam sirup atau minuman. Zat asam yang digunakan adalah asam sitrat, asam fosfat, asam malat, asam tartarat, asam fumarat dll.
d)     Pemberi aroma disiapkan oleh industri yang berkaitan dengan industri minuman dengan formula khusus, kadang-kadang telah ditambahn dengan asam dan pewarna dalam bentuk :
1.      Ekstrak alkoholik (menyaring bahan kering dengan larutan alkoholik) misalnya jahe, anggur, lemon lime dll.
2.      Larutan alkoholik (melarutkan bahan dengan larutan air-alkohol) mislalnya strawberry, cherry, cream soda.
3.      Emusi (mencampur essential oil dengan bahan pengemulsi) misalnya vegetable rum, citrus flavor, rootbeer dan cola.Fruit juice, misalnya orange, grapefruit, lemon, lime dan grape.
4.      Kafein, sebagai pemberi rasa pahit (bukan sebagai stimulant).Ekstrak biji kola.Sintetik flavor misalnya ethyl acetate, yang memberikan aroma grape.
e)      Zat pewarna untuk meningkatkan daya tarik minuman terdiri dari :
1.      zat pewarna natural, mislnya dari strawberry,cherry, grape.
2.      Zat pewarna semi sintetik misalnya caramel color.
3.      Zat pewarnas sintetik, hanya 5 zat pewarna dari 8 jenis pewarna yang diperkenankan oleh FDA digunakan sebagai pewarna dalam minuman ringan.
f)       Zat pengawet, misalnya asam sitrat untuk mencegah feermentasi dan sodium benzoat.
2.2    Pengertian Zat  Pewarna Makanan
Zat pewarna makanan adalah  zat warna yang dicampurkan kedalam  makanan. Menurut Permenkes RI  No.722/Menkes/Per/ix/1988, zat pewarna makanan adlah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan.
Menurut Winarno (1997),  yang  dimaksud dengan zat pewarna makanan adalah bahan tambaha makanan yang dapat  memperbaiki atau  memberi warna pada makanan. Penambahan warna pada makanan yang dimaksudkan untuk memperbaiki warna makanan yang berubah menjadi pucat selama proses pengolahan atau untuk memberi warna pada makanan yang bewarnaagar kelihatan lebih menarik.
Kualitas bahan makanan ditentukan antara lain oleh cita rasa, warna, tekstur dan nilai gizi. Akan tetapi sebagian besar konsumen sebelum mempertimbangkan cita rasa dan nilai gizi akan lebih tertarik pada tampilan atau warna makanan serta pengolahan bahn makanan (Suprianto, 2006).
Ada hal-hal yang mungkin memberikan dampak negatif dalam penggunaan bahan pewarna sintetis apabila :
a.       Bahan pewarna sintetis ini dimakan dalam jumlah kecil namun berulang.
b.      Bahan pewarna sintetis dimakan dalam jangka waktu yang lama.
c.       Kelompok masyarakat yang luas dengan daya tahan yang berbeda-beda yaitu tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, mutu makanan sehari-hari dan keadaan fisik.
d.      Beberapa masyarakat menggunakan bahan pewarna sintetis secara berlebihan.
e.       Penyimpanan bahan pewarna sintetis oleh pedagang bahan kimia yang tidak memenuhi persyaratan.
2.3    Jenis Zat Pewarna Makanan
Bahan pewarna makanan  terbagi dalam dua kelompok besar yakni pewarna alami dan pewarna buatan. Di Indonesia, peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 mengenai bahan tambahan pangan. Akan tetapi seringkali terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan pangan. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan tersebut antara lain disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan, dan disamping itu harga zat pewarna untuk industry jauh lebih murah dibandingkan dengan harga zat pewarna untuk pangan.
a.      Pewarna Alami
Jenis-Jenis Pewarna Makanan Bahan tambahan pangan (BTP) adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komposisi khas makanan, mempunyai atau  tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi (termasuk organoleptik) pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkansuatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut (Anonim, 1995).
Pewarna makanan merupakan salah satu jenis BTP yang dapat memperbaiki penampakan makanan. Penambahan BTP mempunyai beberapa tujuan, di antaranya adalah memberi kesan menarik bagi konsumen, menyeragamkan dan menstabilkan warna, serta menutupi perubahan warna akibat proses pengolahan dan penyimpanan (Cahanardan Suhanda, 2006).
Pewarna dibedakan menjadi dua, yaitu pewarna alami dan sintetik.  Bahan pewarna alami adalah bahan pewarna dari sumber nabati, hewani,  atau mineral. Pewarna ini lebih aman diguna kan untuk mewarnai bahan  pangan (Nurjanah, 1992).
Adapun jenis-jenis senyawa zat warna alam yang terkandung dalam tumbuhan  antara lain klorofil (hijau)  pada daun;  7 karoten (kuning oranye) pada umbi dan daun; likopene (merah) pada  bunga dan buah; flavon (kuning) pada bunga, akar dan kayu;  dan  antosianin (kuning kemerahan, merah  lembayung) pada buah dan bunga (Tranggono, 1990).
Menurut Nurjanah (1992),  bila dibandingkan dengan pewarna  sintetis, bahan pewarna alami mem punyai kelemahan- kelemahan yaitu:
·      Memberikan aroma dan rasa khas yang tidak diinginkan
·      Konsentrasi pigmen rendah
·      Stabilitas pigmen rendah
·      Keseragaman warna yang kurang baik
·      Spektrum warna tidak seluas seperti pada pewarna sintetis
b.      Pewarna Buatan
Pewarna buatan untuk makanan diperoleh melalui proses sintesis kimia buatan yang mengandalkan bahan-bahan kimia, atau dari bahan yang mengandung pewarna alami melalui ekstraksi secara kimiawi. Beberapa contoh pewarna buatan yaitu :
·      Warna kuning : tartrazin, sunset yellow
·      Warna merah : allura, eritrosin, amaranth.
·      Warna biru : biru berlian
Pewarna tambahan alami ataupun sintetis telah digunakan secara luas pada makanan, kosmetik dan obat-obatan (Hallagan et all, 1995). Menurut EFSA (2005), banyak negara Uni Eropa memberikan notifikasi tentang keberadaan pewarna-pewarna illegal yang diketahui memiliki sifat karsinogenik dan genotoksik seperti Sudan I, Sudan II, Sudan III, Sudan IV, Para Red, Rhodamin B, and Orange II pada beberapa bahan makanan.
Tabel : Pembagian pewarna sintetis berdasarkan kemudahannya larut dalam air.


No

Pewarna Sintetis

Warna

Mudah larut di air


1

Rhodamin B

Merah

Tidak


2

Methanil Yellow

Kuning

Tidak


3

Malachite Green

Hijau

Tidak


4

Sunset Yelow

Kuning

Ya


5

Tatrazine

Kuning

Ya


6

Brilliant Blue

Biru

Ya


7

Carmoisine

Merah

Ya


8

Erythrosine

Merah

Ya


9

Fast Red E

Merah

Ya


10

Amaranth

Merah

Ya


11

Indigo Carmine

Biru

Ya


12

Ponceau 4R

Merah

Ya

Berikut ini beberapa alasan utama menambahkan zat pewarna pada makanan menurut Syah et al. 2005 :
a.       Untuk memberi kesan menarik bagi konsumen.
b.      Menyeragamkan warna makanan dan membuat identitas produk pangan.
c.       Untuk menstabilkan warna atau untuk memperbaiki variasi alami warna. Dalam hal ini penambahan warna bertujuan untuk untuk menutupi kualitas yang rendah dari suatu produk sebenarnya tidak dapat diterima apalagi bila menggunakan zat pewarna yang berbahaya.
d.      Untuk menutupi perubahan warna akibat paparan cahaya, udara atau temperatur yang ekstrim akibat proses pengolahan dan selama penyimpanan.
e.       Untuk menjaga rasa dan vitamin yang mungkin akan terpengaruh sinar matahari selama produk disimpan.
2.4    Macam - Macam Pewarna Makanan Yang Berbahaya
a.      Tartrazine (E102 atau Yellow 5)
Tartrazine adalah pewarna kuning yang banyak digunakan dalam makanan dan obat-obatan. Selain berpotensi meningkatkan hiperaktivitas anak, pada sekitar 1- 10 dari sepuluh ribu orang , tartrazine menimbulkan efek samping langsung seperti urtikaria (ruam kulit), rinitis (hidung meler), asma, purpura (kulit lebam) dan anafilaksis sistemik (shock). Intoleransi ini tampaknya lebih umum pada penderita asma atau orang yang sensitif terhadap aspirin.
b.      Sunset Yellow (E110, Orange Yellow S atau Yellow 6)
Sunset Yellow adalah pewarna yang dapat ditemukan dalam makanan seperti jus jeruk, es krim, ikan kalengan, keju, jeli, minuman soda dan banyak obat-obatan. Untuk sekelompok kecil individu, konsumsi pewarna aditif ini dapat menimbulkan urtikaria, rinitis, alergi, hiperaktivitas, sakit perut, mual, dan muntah.
Dalam beberapa penelitian ilmiah, zat ini telah dihubungkan dengan peningkatan kejadian tumor pada hewan dan kerusakan kromosom, namun kadar konsumsi zat ini dalam studi tersebut jauh lebih tinggi dari yang dikonsumsi manusia. Kajian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak menemukan bukti insiden tumor meningkat baik dalam jangka pendek dan jangka panjang karena konsumsi Sunset Yellow.
c.       Ponceau 4R (E124 atau SX Purple)
Ponceau 4R adalah pewarna merah hati yang digunakan dalam berbagai produk, termasuk selai, kue, agar-agar dan minuman ringan. Selain berpotensi memicu hiperaktivitas pada anak, Ponceau 4R dianggap karsinogenik (penyebab kanker) di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Norwegia, dan Finlandia. US Food and Drug Administration (FDA) sejak tahun 2000 telah menyita permen dan makanan buatan Cina yang mengandung Ponceau 4R. Pewarna aditif ini juga dapat meningkatkan serapan aluminium sehingga melebihi batas toleransi.
d.      Allura Red (E129)
Allura Red adalah pewarna sinetis merah jingga yang banyak digunakan pada permen dan minuman. Allura Red sudah dilarang di banyak negara lain, termasuk Belgia, Perancis, Jerman, Swedia, Austria dan Norwegia.
Sebuah studi menunjukkan bahwa reaksi hipersensitivitas terjadi pada 15% orang yang mengkonsumsi Allura Red. Dalam studi itu, 52 peserta yang telah menderita gatal-gatal atau ruam kulit selama empat minggu atau lebih diikutkan dalam program diet yang sama sekali tidak mengandung Allura Red dan makanan lain yang diketahui dapat menyebabkan ruam atau gatal-gatal. Setelah tiga minggu tidak ada gejala, para peserta kembali diberi makanan yang mengandung Allura Red dan dimonitor. Dari pengujian itu, 15% kembali menunjukkan gejala ruam atau gatal-gatal.
e.       Quinoline Yellow (E104)
Pewarna makanan kuning ini digunakan dalam produk seperti es krim dan minuman energi. Zat ini sudah dilarang di banyak negara termasuk Australia, Amerika, Jepang dan Norwegia karena dianggap meningkatkan risiko hiperaktivitas dan serangan asma.
f.       Karmoisin
Karmoisin atau dikenal juga dengan azorubine merupakan pewarna azo dengan rumus kimia C 20H12N2Na2O7S2.  Senyawa ini memiliki berat molekul 502.44 g/mol dengan nama kimia disodium 4-hydroxy-3-(4-sulphonato-1-naphthylazo) naphthalene-1-sulphonate (EFSA 2009).
Karmoisin bersifat larut air dan sedikit larut pada etanol. Senyawa ini biasanya berbentuk bubuk garam disodium dengan warna merah hingga maroon. Karmoisin umum digunakan pada makanan yang mengalami proses pemanasan setelah difermentasi. (Amin et al. 2010).
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan efek negatif dari karmoisin. Studi yang dilakukan menyimpulkan bahwa pewarna makanan seperti tartrazin dan karmoisin dapat memberikan pengaruh negatif dan mengubah beberapa penanda biokimia pada organ-organ penting seperti hati dan ginjal, baik pada dosis tinggi ataupun rendah. Lebih jauh lagi, tartrazin dan karmoisin juga memberikan efek yang lebih beresiko pada dosis yang lebih tinggi karena dapat menginduksi stress oksidatif melalui pembentukan radikal bebas. (Amin et al. 2010).
g.      Rhodamin B
Rhodamin B (C28H31ClN2O3) adalah zat warna sintetis berbentuk serbuk kristal, berwarna hijau atau ungu kemerahan, tidak berbau dan berwarna merah terang berfluorensi dalam larutan.  Rhodamin B memiliki nama kimia [9-(2-carboxyphenyl)-6-diethylamino-3-xanthenylidene]-diethylammonium chloride dengan berat molekul 479.02 g/mol. Rhodamin B semula digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai keperluan seperti sebagai pewarna kertas dan  tekstil. Rhodamin B juga digunakan secara luas pada aplikasi bioteknologi seperti fluorescence microscopy, flow cytometry, fluorescence correlation spectroscopy dan ELISA. Menurut Inchem (2006) nilai LD50 rhodamin B adalah 89.5 mg/kg berat badan.
Rhodamin B seringkali disalahgunakan untuk pewarna pangan dan kosmetik. Sebagai contoh, rhodamin B ditemukan pada makanan dan minuman seperti kerupuk, sambal botol dan sirup di Makassar pada saat BPOM Makassar melakukan pemeriksaan sejumlah sampel makanan dan minu man ringan (Anonimus 2006). Menurut Peraturan Menteri Perdagangan RI No.4 tahun 2006, rhodamin B termasuk dalam bahan pewarna sintetis yang dilarang penggunaannya.

Template by:

Free Blog Templates